PENDAHULUAN
Kelelawar adalah hewan mamalia yang aktif pada malam hari (Nocturnal) juga termasuk dalam ordo Chiroptera dan merupakan salah satu jenis mamalia yang dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian suatu ekosistem. Kelelawar juga berperan sebagai pemencar biji, pemakan serangga dan penyerbuk, karena fungsinya dalam mengatur dan mengendalikan ekosistem. Kelelawar merupakan satu-satunya mamalia yang dapat terbang dengan menggunakan sayap yang termasuk dalam ordo Chiroptera dan aktif mencari makanan pada malam hari. Berdasarkan jenis makanan kelelawar terbagi atas dua sub ordo yaitu Megachiroptera dan Microchiroptera. Hewan ini bersifat nokturnal karena aktif mencari makan dan terbang hanya pada waktu malam hari.
Kelelawar memiliki peran ekologis dan ekonomis. Secara ekologis kelelawar berperan sebagai pemencar biji tanaman, polinator dan pengendali hama serangga (Suyanto, 2001; Asriadi, 2010; Prakarsa dan Ahmadin, 2013). Namun belakangan ini populasi kelelawar mengalami penurunan. Lane et al. (2006) dan Hylsandy et al. (2016) menyatakan populasi kelelawar mengalami penurunan hampir di seluruh dunia termasuk di Asia Tenggara. Di Indonesia juga mengalami penurunan populasi kelelawar (Suyanto, 2001; Saputra et al., 2016). Penurunan ini terjadi oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan populasi kelelawar tersebut adalah hilangnya habitat kelelawar itu sendiri. Hutan hujan tropis merupakan salah satu habitat kelelawar.
Habitat kelelawar umumnya tinggal di hutan, perkebunan, gua, pohon pisang, pohon kapuk, pohon-pohon besar bekas tebangan, kayu yang sudah mati, dan atap bangunan yaitu dengan cara bergelantungan dalam posisi terbalik karena akan mempermudah kelelawar lepas landas ketika akan terbang. Keberadaan pohon sangat penting artinya dalam kehidupan kelelawar, karena selain sebagai tempat hidup, pohon juga sebagai penghasil buah-buahan yang diperlukan sebagai sumber makanan bagi kelelawar pemakan buah (Ario A. 2010).
Hasil Penelitian Kartono dkk (2009), Kekayaan jenis kelelawar Sub Ordo Micro-chiroptera yang ditemukan di kawasan Stasiun Penelitian Way Canguk 3 Provinsi Lampung sebanyak 19 jenis dari lima famili. Jenis-jenis kelelawar tersebut seluruhnya dapat ditemukan di hutan primer, sedangkan di hutan sekunder hanya ditemukan sebanyak 15 jenis. Famili Vespertilinoidae memiliki kekayaan spesies tertinggi, yakni terdiri atas tujuh spesies yang menunjukan keanekaragaman organisme di daerah tropis lebih tinggi.
Kelelawar banyak dijumpai di gua yang sangat gelap. Untuk dapat terbang dengan arah yang benar, Kelelawar menggunakan sistem sonar. Kelelawar biasa berterbangan di tempat-tempat yang terpencil, namun selalu mampu berbelok atau bahkan bermanuver dengan kecepatan sangat tinggi. Kelelawar sangat jarang menabrak dinding gua atau tembok dihadapannya. Kelelawar mengeluarkan bunyi frekuensi yang tinggi (bunyi ultrasonik) sebanyak mungkin. Kemudian ia mendengarkan bunyi pantul tersebut dengan pendengarannya yang tajam. Dengan cara itu, Kelelawar dapat mengetahui benda – benda yang ada disekitarnya, sehingga kelelawar dapat terbang pada saat keadaan gelap tanpa menabrak benda – benda disekitarnya.
Kelelawar merupakan hewan yang mampu mendengarkan bunyi ultrasonik dengan frekuensi diatas 20.000 Hz, Kelelawar ini dapat mengeluarkan gelombang ultrasonik pada saat ia terbang. Gelombang yang dikeluarkan akan dipantulkan kembali oleh benda-benda atau binatang lain yang akan dilewatinya dan diterima oleh suatu alat yang berada di tubuh kelelawar, kemampuan kelewar untuk menentukan lokasi ini disebut dengan ekolokasi.Ekolokasi atau disebut juga biosonar adalah sonar biologi yang digunakan oleh beberapa jenis binatang. Binatang yang memiliki kemampuan ekolokasi mengeluarkan bunyi dan mendengarkan pantulan bunyi tersebut yang dipantulkan oleh objek-objek yang ada di sekitarnya. Dengan menggunakan bunyi pantulan tersebut, binatang itu bisa mengidentifikasi keberadaan objek. Ekolokasi digunakan binatang sebagai alat navigasi untuk berkelana atau berburu.mekanisme ekolokasi yang dilakukan kelelawar yaitu dengan mengeluarkan gelombang ultrasonik pada saat ia terbang. Gelombang yang dikeluarkan akan dipantulkan kembali oleh benda-benda atau binatang lain yang akan dilewatinya dan diterima oleh suatu alat yang berada di tubuh kelelawar.